nusakini.com-Bogor- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa peringatan Maulid Nabi pada hakikatnya adalah sebuah ikhtiar ekspresi rasa syukur, gembira dan cinta, karena jasa besar Sang Nabi tercinta, untuk manusia dan kemanusiaan. 

"Rasa cinta akan memberikan energi positif untuk mengikuti jejak langkah orang yang dicintai. Cinta itu pula yang akan meleburkan pecinta dan yang dicinta dalam kebersamaan," ujar Menag Lukman saat berikan sambutan pada peringatan Maulid Nabi di Istana Bogor, Rabu (21/11). 

“Anta ma`a man ahbabta, engkau akan bersama orang yang kau cintai," ujar Menag mengutip salah satu sabda Nabi Muhammad SAW. 

Dalam sambutannya, Menag menguraikan bahwa salah satu rahasia kesuksesan dakwah Nabi adalah kepemimpinan yang berlandaskan cinta kepada sesama; penuh kasih sayang dan lemah lembut, dalam bingkai semangat persaudaraan. . 

"Sifat lembut bukan pertanda lemah. Justru di situ tersimpan kekuatan. Sifat lemah lembut melahirkan simpati, sehingga orang akan mendekat dan merapat kepadanya.Sifat lembut bukan pertanda lemah. Justru di situ tersimpan kekuatan. Sifat lemah lembut melahirkan simpati, sehingga orang akan mendekat dan merapat kepadanya," imbuh Menag di hadapan para ulama, dan undangan yang turut hadir dalam peringatan Maulid Nabi di istana. 

Sifat kasih sayang dan lembah lembut Nabi menjadi magnet bagi banyak orang. Bahkan mengubah lawan menjadi kawan. 

"Kepemimpinan Rasulullah memberikan keteladanan bahwa pemimpin penuh kasih dan kelembutan, akan melebur bersama rakyatnya dan menjadi besar dan kuat bersama mereka," kata Menag Lukman. 

Dalam kesempatan yang sama Menag juga menyayangkan fenomena tebar kebencian yang saat ini telah mulai mendera dan merasuk di sebagian masyarakat. "Adakalanya berbungkus agama, politik, ras, suku dan lain sebagainya. Tidak jarang, kebencian berlabelkan agama ditebar melalui mimbar-mimbar keagamaan," ujar Menag. 

Menag menambahkan bahwa mimbar keagamaan telah beralih dari semula sebagai tempat menyebarkan pesan-pesan kedamaian menjadi media tebar kebencian, terutama kepada mereka yang berbeda paham keagamaan atau keyakinan. Oleh karenanya, melalui spirit Maulid Nabi, Menag mengajak umat Islam untuk membangkitkan kembali rasa kemanusiaan. Untuk itu, hati dan jiwa perlu dibangkitkan dari keterpurukan dan kegelapan akibat ‘keakuan’, keangkuhan, serta cinta dunia, baik dalam rupa popularitas, kedudukan, gila hormat, sifat rakus dan lainnya. 

"Mari kita beragama dengan cinta dan kasih kepada sesama. Beragama tanpa cinta akan hampa tak bermakna. Sebaliknya, bercinta tanpa agama tak akan kekal bahagia," pungkas Menag. 

Peringatan Maulid Nabi di Istana Bogor diawali dengan temu ulama dengan Presiden Joko Widodo yang membahas mengenai isu-isu terkini lalu dilanjutkan dengan shalat Isya berjamaah. Dalam peringatan Maulid Nabi tahun ini, ulama nyentrik dari Yogyakarta yang kerap disapa Gus Muwaffiq menyampaikan siraman rohani mengenai perjalanan Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam. 

Selain Presiden Joko Widodo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, tampak hadir dalam acara itu sejumlah pejabat dan pimpinan lembaga negara, duta besar negara sahabat, ulama, santri dan mahasiswa PTIQ Jakarta. (p/ab)